SAMPAH
Di negara berkembang, pada umumnya
sampah atau limbah padat dibuang tanpa ada pemilahan, sehingga tempat
pembuangan akhir sampah sangat heterogen dan menyulitkan untuk menanganinya. Di
negara agraris seperti Indonesia limbah padat umumnya berbentuk bahan organik
yang berasal dari sektor pertanian dengan jumlah sangat banyak, karena sifatnya
mudah membusuk maka dapat menimbulkan pencemaran bau dan pencemaran air tanah.
Klasifikasi sampah atau limbah padat
menurut istilah teknis menurut (Murtadho dan Sa’id, 1988) dapat dibagi menjadi
6 (enam) kelompok antara lain :
1. Sampah organik mudah
membusuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah berupa bahan organik
yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan makanan, sisa dapur, sisa
makanan, sampah sayuran, kulit buah-buahan. Limbah ini mempunyai ciri mudah
terurai oleh mikro organisme dan mudah membusuk, karena memiliki proses kimia
relatip pendek.
2. Sampah organik tak
membusuk (rubbish), yaitu limbah padat organik cukup kering yang sulit
terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit untuk membusuk. Hal ini memiliki
proses kimia yang panjang. Contoh: plastik, kertas, kaca.
3. Sampah abu (ashes),
yaitu limbah padat yang berupa abu-abuan, contoh abu hasil pembakaran.
4. Sampah bangkai binatang
(dead animal).
5. Sampah sapuan (street
sweeping), yaitu sampah hasil sapuan jalan
6. Sampah industri.
Volume Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah
yang dihasilkan per orang/hr dalam satuan volume (liter/m3) maupun
berat (kg) Produksi atau penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat
proses alam yang menghasilkan timbulan sampah (UU-RI No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah).
Total
timbulan sampah merupakan
jumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu kota dalam waktu tertentu. Berdasarkan
data Dinas Kebersihan Prov. DKI Jakarta tahun 2015, untuk kota Jakarta Timur 8.458,59
m3/hari (2.010,93 ton/hari), sampah yang diangkut
dan dibuang ke TPA adalah sebesar 1.763
ton/hari (87,72 %), dan tidak terangkut dalam satu hari sebesar 166,52 ton/hari (8,28%). Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pertambahan penduduk dan
arus urbanisasi yang pesat sehingga telah menyebabkan timbulan sampah semakin
tinggi, kendaraan pengangkut baik jumlah maupun kondisinya kurang memadai.
Hal ini
diakibatkan bukan saja karena pertumbuhan penduduk tetapi juga karena
meningkatnya timbulan sampah per kapita yang disebabkan oleh perbaikan tingkat
ekonomi dan kesejahteraan/PDRB per kapita. Hingga saat ini, penanganan dan
pengangkutan sampah tersebut masih belum optimal.
EFISIENSI BEBAN BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA TIMUR
(Nopember
2015. Herman Herbandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar