Selasa, 13 Desember 2016



SAMPAH

Di negara berkembang, pada umumnya sampah atau limbah padat dibuang tanpa ada pemilahan, sehingga tempat pembuangan akhir sampah sangat heterogen dan menyulitkan untuk menanganinya. Di negara agraris seperti Indonesia limbah padat umumnya berbentuk bahan organik yang berasal dari sektor pertanian dengan jumlah sangat banyak, karena sifatnya mudah membusuk maka dapat menimbulkan pencemaran bau dan pencemaran air tanah.
Klasifikasi sampah atau limbah padat menurut istilah teknis menurut (Murtadho dan Sa’id, 1988) dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok antara lain :
1.    Sampah organik mudah membusuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah berupa bahan organik yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan makanan, sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran, kulit buah-buahan. Limbah ini mempunyai ciri mudah terurai oleh mikro organisme dan mudah membusuk, karena memiliki proses kimia relatip pendek.
2.    Sampah organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit untuk membusuk. Hal ini memiliki proses kimia yang panjang. Contoh: plastik, kertas, kaca.
3.    Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu-abuan, contoh abu hasil pembakaran.
4.    Sampah bangkai binatang (dead animal).
5.    Sampah sapuan (street sweeping), yaitu sampah hasil sapuan jalan
6.    Sampah industri.
Volume Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang/hr dalam satuan volume (liter/m3) maupun berat (kg) Produksi atau penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah (UU-RI No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah).
Total timbulan sampah merupakan jumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu kota dalam waktu tertentu. Berdasarkan data Dinas Kebersihan Prov. DKI Jakarta tahun 2015, untuk kota Jakarta Timur 8.458,59 m3/hari (2.010,93 ton/hari), sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA adalah sebesar 1.763 ton/hari (87,72 %), dan tidak terangkut dalam satu hari sebesar 166,52 ton/hari (8,28%). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat sehingga telah menyebabkan timbulan sampah semakin tinggi, kendaraan pengangkut baik jumlah maupun kondisinya kurang memadai.
Hal ini diakibatkan bukan saja karena pertumbuhan penduduk tetapi juga karena meningkatnya timbulan sampah per kapita yang disebabkan oleh perbaikan tingkat ekonomi dan kesejahteraan/PDRB per kapita. Hingga saat ini, penanganan dan pengangkutan sampah tersebut masih belum optimal.

EFISIENSI BEBAN BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA TIMUR
(Nopember 2015. Herman Herbandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar