LATAR BELAKANG MASALAH SAMPAH DI JAKARTA TIMUR
Pertumbuhan sebuah kota selalu diikuti oleh beban yang harus diterima kota tersebut. Salah satu beban adalah sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan secara kolektif, setiap tahunnya selalu meningkat terus akibat pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Sebagai dampak pertumbuhan (Produk Domestik Brutto) PDRB, maka gaya hidup masyarakat akan semakin konsumtif, yang pada akhirnya mengakibatkan volume sampah akan semakin meningkat terus, dan memberikan dampak negatif sangat besar jika tidak dibarengi dengan pengelolaan/pengangkutan sampah secara serius. Sampah tersebut dapat berupa sampah organik maupun sampah anorganik, yang dapat menimbulkan pencemaran udara, air, maupun tanah secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan.
Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi
masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan semakin terasa dampaknya
terhadap lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan secara terus menerus
menyudutkan masyarakat pada permasalahan degradasi lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang berkaitan erat dengan
pelayanan publik di wilayah perkotaan adalah pengelolaan sampah.
Keterbatasan sarana angkut sampah dari TPS ke TPA
salah satu kendalanya adalah investasi pengadaan truk angkutan sampah baru yang
cukup tinggi, serta meningkatnya
biaya operasional pengangkutan sampah merupakan permasalahan yang harus segera dipecahkan oleh
Pemerintah Kota (Jakarta Timur).
Kajian pengangkutan sampah telah banyak dilakukan,
dari aspek teknis operasional,
aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. Penelitian sejenis sebelumnya
adalah ”Partisipasi Masyarakat Kawasan Terbangun
Terhadap Kebijakan Pengangkutan Sampah Pemerintah Kota Semarang (Studi Kasus di
Perumahan Aryamukti, Semarang, oleh Djoko Prakosa 2003)”, Penelitian ini adalah
untuk mengetahui partisipasi masyarakat dan pengembang dalam pengangkutan
sampah serta mengkaji kebijakan pemerintah yang
telah dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus pada kawasan terbangun perumahan
Aryamukti Semarang melalui kegiatan survei dan bersifat evaluatif.
Penelitian masalah pengangkutan sampah yang di
lakukan oleh Mayun Nadiasan
(Udayana, 2009) dengan studi khasus di Kota Amlapura dengan judul penelitian “Manajemen
Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura”, dimana permasalahan mengenai
pengangkutan sampah, terutama pada jam sibuk disaat timbulnya kemacetan lalu
lintas, sehingga banyak sampah yang terlambat dalam pembuangannya ke TPA. Penelitian ini
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
sistem pengangkutan sampah kota Amlapura.
Penelitian yang dilakukan oleh Surahma Asti Mulasari
(2007), “Manajemen
Swakelola Sampah Dusun Sukunan Dan Gondolayu Lor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”,
dilatar belakangi dengan berbagai permasalahan sampah yang banyak timbul sejalan
dengan kemajuan jaman. Dimana pengangkutan
sampah melibatkan masyarakat, yang dikenal dengan istilah swakelola sampah. Dengan Studi
kasus pada kawasan pemukiman di Sukunan dan Gondolayu Lor merupakan salah
satu daerah yang melaksanakan swakelola sampah.
Penelitian yang dilakukan oleh Hotmawati Lidya
Pakpahan (2009), “Manajemen
Pengangkutan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan”, mengkaji
masalah kecenderungan jumlah penduduk kota yang semakin meningkat serta diikuti
kegiatan kota yang makin berkembang, menimbulkan
dampak peningkatan dan bervariasinya buangan sampah/limbah masyarakat kota. Dalam Penelitian
ini pengangkutan sampah dipengaruhi 5 aspek yaitu : pembiayaan, kelembagaan,
hukum, teknik operasional dan peran serta masyarakat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas, selain
mengambil studi kasus di Jakarta Timur, adalah :
1. Melakukan
analisis beban biaya pengangkutan sampah dari sumber ke TPA dan efisiensi beban
biaya dengan melakukan pengelolaan sampah di sumber.
2. Melakukan
proyeksi jumlah penduduk dan PDRB sebagai variabel bebas timbulan sampah. Dan Melakukan
estimasi timbulan sampah sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk dan PDRB.
3.
Melakukan estimasi jumlah/jenis
kebutuhan truk sampah dan alternatif pengadaan truk sampah dengan cara beli
dan/atau sewa.
Kota Jakarta Timur terbagi dalam
10 wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 2.848.010 jiwa menghasilkan timbulan sampah 8.458,59 m3/hari atau 2.010,93 ton/hari perlu segera dicarikan
solusinya. Terutama terkait kekurangan truk
sampah dan anggaran.
Penulis ingin menekankan
pembahasan masalah bagaimana mewujudkan efisiensi
beban biaya atas (anggaran
operasional) timbulan
sampah dengan memproses sampah di sumber melalui pemanfaatan teknologi incinerator
sehingga tersedia anggaran untuk membeli truk dan dikaitkan dengan estimasi kebutuhan
kendaraan pengangkut sampah perkotaan.
Sehingga masalah analisis efisiensi
beban biaya atas timbulan sampah
dan estimasi kebutuhan kendaraan
pengangkut sampah perkotaan, saat ini masih aktual dan belum banyak dibahas.
Dari latar belakang teori yang ada bahwa peningkatan
timbulan sampah dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya adalah tingkat
pertumbuhan penduduk dan Product
Domestik Regional Brutto (PDRB), (Syafrudin, 1997 dan
Irawan, 2005).
Kemudian meningkatnya jumlah timbulan sampah akan
berpengaruh linear kepada penyediaan jumlah armada truk pengangkut sampah yang
ada, khususnya jenis tipper truck. Pengangkutan sampah di Jakarta Timur
dilakukan oleh Sudin Kebersihan. Sampai saat ini jumlah truk milik Sudin
Kebersihan Jakarta Timur belum mencukupi untuk mengangkut volume sampah agar
sampah dapat terangkut seluruhnya dalam satu hari.
Tema sentral dalam penelitian ini
adalah pembahasan masalah bagaimana menekan
beban biaya/efisiensi atas anggaran operasional timbulan sampah dengan
memproses sampah di sumber melalui pemanfaatan teknologi incenerator sehingga selanjutnya
akan tersedia anggaran untuk membeli/menyewa truk dengan jumlah yang cukup dan
dikaitkan dengan estimasi kebutuhan kendaraan pengangkut sampah perkotaan,
sehingga sampah dapat terangkut dalam satu hari.
Teknologi incinerator ini pernah
dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta namun karena menimbulkan pencemaran
udara, maka cara ini dihentikan. Namun dengan teknologi yang lebih baik yang
ramah lingkungan (tidak mencemari udara) maka tenologi incenerator ini dapat
kembali digunakan.
Beban biaya angkutan sampah yang
meningkat.
Biaya
pengelolaan sampah Kota Jakarta Timur dari tahun ke tahun selalu meningkat, untuk pengangkutan dari penampungan sementara menuju
tempat penampungan terakhir, mengeluarkan anggaran dengan dua tipe.
Pengangkutan dengan kendaraan tipe kecil Rp 22.393 per ton dan angkutan besar
Rp 167.343 per ton. Jadi truk
kecil riil bermuatan 1,5 ton, Truk besar ukuran 6 ton Hingga di
Bantar Gebang, Pemprov DKI Jakarta juga harus membayar Rp 123.000 per ton. Maka setiap tahun jumlah biaya mengangkut sampah DKI
ke TPA Bantar Gebang meningkat, total anggaran
yang harus dikeluarkan mencapai Rp 290.343 per ton (belum ditambah biaya penyapuan
Rp.2.777 per meter).
Tahun ini, Pemprov DKI Jakarta membayar Rp 123.000 per ton
sampah ke perusahaan. Sementara jumlah timbulan sampah DKI sekitar 6.000 – 6.500
ton sehari.
Biaya tiping fee itu adalah di luar biaya angkut yang harus dibayarkan Pemprov DKI
melalui Dinas Kebersihan kepada perusahaan. Hal itu pula,
menurut pemerintah Prov. DKI Jakarta
yang menyebabkan Pemprov DKI tidak pernah mampu membeli truk sampah. Sebab, anggarannya habis untuk pembayaran tiping fee sebesar Rp 287,8 miliar per tahun dan
biaya pengangkutan sampah yang cukup besar.
Alternatif yang ada ialah, Pemprov DKI lebih baik melakukan
operasional sendiri tempat pembuangan sampah akhir dari pada harus mengeluarkan
anggaran hingga Rp 400 miliar lebih per tahun.
Pemprov DKI Jakarta mengakui kekurangan persediaan truk
sampah. Apalagi, banyak sampah menumpuk pasca-banjir. Selain itu, usulan
pengadaan 200 truk sampah tidak dimasukkan ke RAPBD 2014. Padahal warga sering
mengeluhkan sampah-sampah yang menumpuk karena terlambat diangkut.
Pertumbuhan
Penduduk.
Data laju pertumbuhan penduduk di Jakarta Timur sebesar
1,03% per tahun (BPS Kota Jakarta
Timur, 2014). Untuk selanjutnya dengan dasar data tersebut dapat dibuat
proyeksi jumlah penduduk untuk kurun waktu 10 tahun ke depan terhitung mulai
tahun 2010 sampai dengan 2020.
Sebagai dasar analisis pertumbuhan jumlah penduduk
dipakai data sensus penduduk Jakarta Timur tahun 2010 dan proyeksi sampai dengan 2020.
Prediksi PDRB.
Prediksi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui korelasi terhadap peningkatan pertumbuhan kedua variabel terkait
dengan timbulan sampah yang akan terjadi. Alasan yang dipakai adalah
peningkatan jumlah jiwa akan sangat mempengaruhi timbulan sampah karena
konsumsi kebutuhan hidup untuk masyarakat juga bertambah, begitu juga PDRB
setempat dimana mereka tinggal juga akan terpengaruh.
Sebagai dasar analisis berdasarkan pada tingkat
pendapatan, pola konsumsi dan penyediaan kebutuhan hidup penduduk wilayah
penelitian diasumsikan setara dengan PDRB perkapita (Syafrudin, 1977).
Hubungannya adalah pengaruh volume buangan sampah ke TPA dari hasil peningkatan
konsumsi masyarakat terhadap luas area buangan untuk prediksi kurun waktu 10
tahun berikutnya.
Data analisis prediksi peningkatan PDRB yang
digunakan berdasarkan data pertumbuhan PDRB Kota Jakarta Timur mulai awal tahun
2010 hingga tahun 2020.
Prediksi
Timbulan Sampah di Jakarta Timur.
Data yang dihitung berikutnya
adalah prediksi timbulan sampah Jakarta Timur dalam kurun waktu 10 tahunan
terhitung mulai tahun 2010 hingga tahun 2020, selanjutnya dianalisis secara
berpasangan antara pertumbuhan penduduk terhadap timbulan sampah serta
pertumbuhan PDRB terhadap hal yang sama untuk mendapatkan trendline faktor nilai koefisien korelasi
dari hasil regresi dua variabel terkait.
Untuk menentukan nilai koefisien penentu digunakan
program Excell
dari Software Window.8
dengan memilih model trendline yang
terjadi dari hubungan variabel Y (Volume Timbulan sampah), X1 (Jumlah penduduk) dan X2
(PDRB per kapita) masing-masing komponen.
Prediksi
jumlah unit truk dan analisis pemilihan jenis truk sampah di Jakarta Timur. Penanganan
kebersihan di wilayah Kota Jakarta Timur dilaksanakan oleh Suku Dinas
Kebersihan Jakarta Timur, dengan jumlah sarana dan kendaraan operasional/truk sejumlah 176 unit
(2015).
Salah satu aspek penting dalam kegiatan pengelolaan
sampah, terkait dengan masalah yang sedang dihadapi Pemerintah Kota Jakarta
Timur pada khususnya dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada umumnya adalah
masalah pengangkutan sampah ke TPA.
Berdasarkan uraian
tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang analisis efisiensi beban
biaya atas timbulan sampah dan estimasi kebutuhan kendaraan operasional
pengangkut sampah serta alternatif pengadaan kendaraan pengangkut sampah perkotaan,
sehingga sampah dapat seluruhnya terangkut dalam satu hari seperti yang seharusnya
diterapkan di
Jakarta Timur.
EFISIENSI BEBAN BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA TIMUR
(Nopember 2015. Herman Herbandi)
EFISIENSI BEBAN BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA TIMUR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar