Selasa, 13 Desember 2016

LATAR BELAKANG MASALAH SAMPAH DI JAKARTA TIMUR

Pertumbuhan sebuah kota selalu diikuti oleh beban yang harus diterima kota tersebut. Salah satu beban adalah sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan secara kolektif, setiap tahunnya selalu meningkat terus akibat pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Sebagai dampak pertumbuhan (Produk Domestik Brutto) PDRB, maka gaya hidup masyarakat akan semakin konsumtif, yang pada akhirnya mengakibatkan volume sampah akan semakin meningkat terus, dan memberikan dampak negatif sangat besar jika tidak dibarengi dengan pengelolaan/pengangkutan sampah secara serius. Sampah tersebut dapat berupa sampah organik maupun sampah anorganik, yang dapat menimbulkan pencemaran udara, air, maupun tanah secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan.
Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan secara terus menerus menyudutkan masyarakat pada permasalahan degradasi lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang berkaitan erat dengan pelayanan publik di wilayah perkotaan adalah pengelolaan sampah.
Keterbatasan sarana angkut sampah dari TPS ke TPA salah satu kendalanya adalah investasi pengadaan truk angkutan sampah baru yang cukup tinggi, serta meningkatnya biaya operasional pengangkutan sampah merupakan permasalahan yang harus segera dipecahkan oleh Pemerintah Kota (Jakarta Timur).
Kajian pengangkutan sampah telah banyak dilakukan, dari aspek teknis operasional, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. Penelitian sejenis sebelumnya adalah ”Partisipasi Masyarakat Kawasan Terbangun Terhadap Kebijakan Pengangkutan Sampah Pemerintah Kota Semarang (Studi Kasus di Perumahan Aryamukti, Semarang, oleh Djoko Prakosa 2003)”, Penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dan pengembang dalam pengangkutan sampah serta mengkaji kebijakan pemerintah yang telah dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus pada kawasan terbangun perumahan Aryamukti Semarang melalui kegiatan survei dan bersifat evaluatif.
Penelitian masalah pengangkutan sampah yang di lakukan oleh Mayun Nadiasan (Udayana, 2009) dengan studi khasus di Kota Amlapura dengan judul penelitian “Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura”, dimana permasalahan mengenai pengangkutan sampah, terutama pada jam sibuk disaat timbulnya kemacetan lalu lintas, sehingga banyak sampah yang terlambat dalam pembuangannya ke TPA. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan sistem pengangkutan sampah kota Amlapura.
Penelitian yang dilakukan oleh Surahma Asti Mulasari (2007), “Manajemen Swakelola Sampah Dusun Sukunan Dan Gondolayu Lor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, dilatar belakangi dengan berbagai permasalahan sampah yang banyak timbul sejalan dengan kemajuan jaman. Dimana pengangkutan sampah melibatkan masyarakat, yang dikenal dengan istilah swakelola sampah. Dengan Studi kasus pada kawasan pemukiman di Sukunan dan Gondolayu Lor merupakan salah satu daerah yang melaksanakan swakelola sampah.
Penelitian yang dilakukan oleh Hotmawati Lidya Pakpahan (2009), “Manajemen Pengangkutan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan”, mengkaji masalah kecenderungan jumlah penduduk kota yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang, menimbulkan dampak peningkatan dan bervariasinya buangan sampah/limbah masyarakat kota. Dalam Penelitian ini pengangkutan sampah dipengaruhi 5 aspek yaitu : pembiayaan, kelembagaan, hukum, teknik operasional dan peran serta masyarakat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas, selain mengambil studi kasus di Jakarta Timur, adalah :
1.           Melakukan analisis beban biaya pengangkutan sampah dari sumber ke TPA dan efisiensi beban biaya dengan melakukan pengelolaan sampah di sumber.
2.         Melakukan proyeksi jumlah penduduk dan PDRB sebagai variabel bebas timbulan sampah. Dan Melakukan estimasi timbulan sampah sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk dan PDRB.
3.     Melakukan estimasi jumlah/jenis kebutuhan truk sampah dan alternatif pengadaan truk sampah dengan cara beli dan/atau sewa.
Kota Jakarta Timur terbagi dalam 10 wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 2.848.010 jiwa menghasilkan timbulan sampah 8.458,59 m3/hari atau 2.010,93 ton/hari perlu segera dicarikan solusinya. Terutama terkait kekurangan truk sampah dan anggaran.
Penulis ingin menekankan pembahasan masalah bagaimana mewujudkan efisiensi beban biaya atas (anggaran operasional) timbulan sampah dengan memproses sampah di sumber melalui pemanfaatan teknologi incinerator sehingga tersedia anggaran untuk membeli truk dan dikaitkan dengan estimasi kebutuhan kendaraan pengangkut sampah perkotaan.
Sehingga masalah analisis efisiensi beban biaya atas  timbulan sampah dan  estimasi kebutuhan kendaraan pengangkut sampah perkotaan, saat ini masih aktual dan belum banyak dibahas.
Dari latar belakang teori yang ada bahwa peningkatan timbulan sampah dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya adalah tingkat pertumbuhan penduduk dan Product Domestik Regional Brutto (PDRB), (Syafrudin, 1997 dan Irawan, 2005).
Kemudian meningkatnya jumlah timbulan sampah akan berpengaruh linear kepada penyediaan jumlah armada truk pengangkut sampah yang ada, khususnya jenis tipper truck. Pengangkutan sampah di Jakarta Timur dilakukan oleh Sudin Kebersihan. Sampai saat ini jumlah truk milik Sudin Kebersihan Jakarta Timur belum mencukupi untuk mengangkut volume sampah agar sampah dapat terangkut seluruhnya dalam satu hari.
Tema sentral dalam penelitian ini adalah pembahasan masalah bagaimana menekan beban biaya/efisiensi atas anggaran operasional timbulan sampah dengan memproses sampah di sumber melalui pemanfaatan teknologi incenerator sehingga selanjutnya akan tersedia anggaran untuk membeli/menyewa truk dengan jumlah yang cukup dan dikaitkan dengan estimasi kebutuhan kendaraan pengangkut sampah perkotaan, sehingga sampah dapat terangkut dalam satu hari.
Teknologi incinerator ini pernah dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta namun karena menimbulkan pencemaran udara, maka cara ini dihentikan. Namun dengan teknologi yang lebih baik yang ramah lingkungan (tidak mencemari udara) maka tenologi incenerator ini dapat kembali digunakan.
Beban biaya angkutan sampah yang meningkat.
Biaya pengelolaan sampah Kota Jakarta Timur dari tahun ke tahun selalu meningkat, untuk pengangkutan dari penampungan sementara menuju tempat penampungan terakhir, mengeluarkan anggaran dengan dua tipe. Pengangkutan dengan kendaraan tipe kecil Rp 22.393 per ton dan angkutan besar Rp 167.343 per ton. Jadi truk kecil riil bermuatan 1,5 ton, Truk besar ukuran 6 ton Hingga di Bantar Gebang, Pemprov DKI Jakarta juga harus membayar Rp 123.000 per ton. Maka setiap tahun jumlah biaya mengangkut sampah DKI ke TPA Bantar Gebang meningkat, total anggaran yang harus dikeluarkan mencapai Rp 290.343 per ton (belum ditambah biaya penyapuan Rp.2.777 per meter).
Tahun ini, Pemprov DKI Jakarta membayar Rp 123.000 per ton sampah ke perusahaan. Sementara jumlah timbulan sampah DKI sekitar 6.000 – 6.500 ton sehari.
Biaya tiping fee itu adalah di luar biaya angkut yang harus dibayarkan Pemprov DKI melalui Dinas Kebersihan kepada perusahaan. Hal itu pula, menurut pemerintah Prov. DKI Jakarta yang menyebabkan Pemprov DKI tidak pernah mampu membeli truk sampah. Sebab, anggarannya habis untuk pembayaran tiping fee sebesar Rp 287,8 miliar per tahun dan biaya pengangkutan sampah yang cukup besar.
Alternatif yang ada ialah, Pemprov DKI lebih baik melakukan operasional sendiri tempat pembuangan sampah akhir dari pada harus mengeluarkan anggaran hingga Rp 400 miliar lebih per tahun. 
Pemprov DKI Jakarta mengakui kekurangan persediaan truk sampah. Apalagi, banyak sampah menumpuk pasca-banjir. Selain itu, usulan pengadaan 200 truk sampah tidak dimasukkan ke RAPBD 2014. Padahal warga sering mengeluhkan sampah-sampah yang menumpuk karena terlambat diangkut.
Pertumbuhan Penduduk.
Data laju pertumbuhan penduduk di Jakarta Timur sebesar 1,03% per tahun (BPS Kota Jakarta Timur, 2014). Untuk selanjutnya dengan dasar data tersebut dapat dibuat proyeksi jumlah penduduk untuk kurun waktu 10 tahun ke depan terhitung mulai tahun 2010 sampai dengan 2020.
Sebagai dasar analisis pertumbuhan jumlah penduduk dipakai data sensus penduduk Jakarta Timur tahun 2010 dan proyeksi sampai dengan 2020.
Prediksi PDRB.
Prediksi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui korelasi terhadap peningkatan pertumbuhan kedua variabel terkait dengan timbulan sampah yang akan terjadi. Alasan yang dipakai adalah peningkatan jumlah jiwa akan sangat mempengaruhi timbulan sampah karena konsumsi kebutuhan hidup untuk masyarakat juga bertambah, begitu juga PDRB setempat dimana mereka tinggal juga akan terpengaruh.
Sebagai dasar analisis berdasarkan pada tingkat pendapatan, pola konsumsi dan penyediaan kebutuhan hidup penduduk wilayah penelitian diasumsikan setara dengan PDRB perkapita (Syafrudin, 1977). Hubungannya adalah pengaruh volume buangan sampah ke TPA dari hasil peningkatan konsumsi masyarakat terhadap luas area buangan untuk prediksi kurun waktu 10 tahun berikutnya.
Data analisis prediksi peningkatan PDRB yang digunakan berdasarkan data pertumbuhan PDRB Kota Jakarta Timur mulai awal tahun 2010 hingga tahun 2020.
Prediksi Timbulan Sampah di Jakarta Timur.
Data yang dihitung berikutnya adalah prediksi timbulan sampah Jakarta Timur dalam kurun waktu 10 tahunan terhitung mulai tahun 2010 hingga tahun 2020, selanjutnya dianalisis secara berpasangan antara pertumbuhan penduduk terhadap timbulan sampah serta pertumbuhan PDRB terhadap hal yang sama untuk mendapatkan trendline faktor nilai koefisien korelasi dari hasil regresi dua variabel terkait.
Untuk menentukan nilai koefisien penentu digunakan program Excell dari Software Window.8 dengan memilih model trendline yang terjadi dari hubungan variabel Y (Volume Timbulan sampah),  X1 (Jumlah penduduk) dan X2 (PDRB per kapita) masing-masing komponen.
Prediksi jumlah unit truk dan analisis pemilihan jenis truk sampah di Jakarta Timur. Penanganan kebersihan di wilayah Kota Jakarta Timur dilaksanakan oleh Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, dengan jumlah sarana dan  kendaraan operasional/truk sejumlah 176 unit (2015).
Salah satu aspek penting dalam kegiatan pengelolaan sampah, terkait dengan masalah yang sedang dihadapi Pemerintah Kota Jakarta Timur pada khususnya dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada umumnya adalah masalah  pengangkutan sampah ke TPA.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang analisis efisiensi beban biaya atas timbulan sampah dan estimasi kebutuhan kendaraan operasional pengangkut sampah serta alternatif pengadaan kendaraan pengangkut sampah perkotaan, sehingga sampah dapat seluruhnya terangkut dalam satu hari seperti yang seharusnya diterapkan di Jakarta Timur.

EFISIENSI BEBAN BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA TIMUR
(Nopember 2015. Herman Herbandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar