Sabtu, 31 Oktober 2015

PSIKOANALISIS
(DEPTH PSYCHOLOGY/PSIKOLOGI DALAM)
SIGMUND FREUD

Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness)dalan setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya (lihat representasi grafik struktur kepribadian pada Gambar 1. Enam elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:
a)   Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan kedaerah perconscious atau unconscious,  begitu orang memindah perhatiannya ke weyang lain.
b)   Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan clanunconscious.  Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c)    Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap tidak disadari.
Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang terus-menerus dimodifikasi oleh Freud selama 50 tahun terakhir hidupnya, terdiri atas tiga komponen pokok; (1) satu komponen dinamik atau ekonomik yang menggambarkan pikiran manusia sebagai sistem energi yang cair; (2) satu komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan perilaku; dan (3) satu komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah maju dari satu tahap perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada daerah-daerah tubuh yang sensitif, tugas-tugas perkembangan, dan konflik-konflik psikologis  tertentu.
Komponen Dinamik (Energi Psikis)
Semangat (atau arah) perkembangan ilmiah dan intelektual pada akhir abad ke-19 terpusat di sekitar kajian tentang energi, dan Freud menerapkan konsep energi tersebut terhadap perilaku manusia. Ia menyebut energi ini sebagai energi psikis (psychic energyatau energy yang mengoperasikan berbagai komponen sistem psikologis.
Freud berpendapat bahwa insting (instincts) atau dorongan-dorongan psikologis yang muncul tanpa dipelajari adalah sumber utama energy  psikis. Insting memiliki dua ciri khas yang sangat penting, yakni: ciri konservatif (pelestarian) dan ciri repetitif (perulangan). Maksudnya, insting selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan untuk melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada keadaannya yang semula, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang. Dalam sistem Freud, insting bertindak sebagai perangsang pikiran mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Insting juga bisa dipandang sebagai gambaran psikologis dari proses biologis yang berlangsung.
Komponen Struktural
a)   Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerahunansdous, mewakili subjektivitas yang tidak pemah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalahkeadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk bekerja – timbul tegangan enerji – id beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan itu; mengembalikan din ke tingkat enerji yang rendah. Pleasure principle diproses dengan dua Cara, tindak refleks (reflex actions) dan proses primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata – dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (nosh fullment),misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedaka benar-salah, tidak tabu moral. Jadi hams dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
b) Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (realityprinciple); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan barn atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan metalui proses sekunder (secondaryprocess), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita (reality testin ; melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego berada di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang. resikonya minimal.Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dan superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri akan memperoleh enegi dari Id.
c)    Superego (Das Ueber Ich)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dad Ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Super-ego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Super-ego juga seperti ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya. Paling tidak, ada 3 fungsi superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.
Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang menjalankan kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan proses psikologik yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja bersama sebagai team, di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul tingkahlaku abnormal.
Komponen Sekuensial (Tahapan)
Bagian ketiga dan terakhir dari model Freud adalah komponen tahapan atau komponen sekuensial (sequential or stage component). Bagian ini menekankan pola atau gerak maju organisme melalui tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda dan semakin lama semakin adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan adalah tahapan perkembangan genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti berlangsung terus menerus.
Teori Freuds disebut Teori Psikoseksual
Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan kenikmatan apabila terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam ketegangan di permukaan kulit mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit secara langsung dengan orang lain. Freud menyerupakan kenikmatan ini dengan rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal ini berbeda secara kualitatif dari tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena kejadian yang dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi. Freud menyebut kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan untuk meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas orang dewasa.
Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes luas orang-orang menentang Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal abad ke-20. Tetapi Freud dan para pengikutnya, yang mendasarkan pendirian mereka pada pengalaman-pengalaman klinis, bersikukuh pada teori tersebut” Mereka tetap berpegang pada pandangan bahwa kornponen-komponen psikologis-eksperiensial saling terkait dengan disertai pergantian zona-zona erogen secara biologis melalui urutan (sekuen) tertentu. Dengan demikian tahapan-tahapan perkembangan ini disebut sebagai tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual stages). Teori Freud. memandang bahwa tahapan-tahapan ini bersifat urniversal, berlaku pada sernua anak-anak dimana saja.
Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk perilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau kematangan sedangkan isi tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada kultur tempat terjadinya perkembangan. Sekali lagi ini memperlihatkan contoh mengenai pentingnya interaksi antara kekuatan keturunan dan kekuatan lingkungan bagi proses perkembangan.
Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu: (1) bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian; dan (2) bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
a)    Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral  ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
b)   Tahap anal (  usia 1-3 tahun )
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus.  Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c)    Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus.  Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
d)   Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
e)    Tahap genital/kelamin ( masa remaja)
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Implementasi teori Freud dalam Praktik Pendidikan
Berdasarkan konsep kunci dari teori kepribadian freud, berikut ini akan dijelaskan beberapa teorinya yang dapat diimplemetasikan dalam pendidikan, yaitu: Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian, implementasi pandangan Freud dalam pendidikan sangat memberikan kontribusi yang signifikan, terutama memberikan panduan atau acuan pada guru dalam melakukan pembelajaran dan memberikan bimbingan, sehingga bimbingan benar-benar efektif dan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Adapun fungsi-fungsi bimbingan yang dilakukan oleh guru antara lain:
1)    Memahami Individual Siswa
Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Karena itu, bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara menyeluruh. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.
2)    Preventif dan Pengembangan Individual Siswa
Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventive berusaha mencegah kemerosotan perkembangan seseorang dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangannya melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Membantu individu untuk menyempurnakan setiap siswa pada saat tertentu ketika membutuhkan pertolongan dalam menghadapi dan menjalani keseharian mereka dan beradaptasi dengan lingkungannya. Bimbingan dapat memberikan bantuan pada siswa untuk penanganan dan pemibimbingan dalam kepgiatan pembelajaran dan membantu memberikan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh guru, yaitu membantu individu supaya mengerti diri dan lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu mengelola aktivitas sehari-hari dengan baik dan bijaksana, mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.
Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat tumbuh kembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.
Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.
Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan oleh guru pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional. (Nop-15)
Diterjemahkan dan di-resume dari:

Salkind, Neil J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications. International Education and Publisher. (Dari blog Desyandri)
ID, EGO DAN SUPEREGO
(SIGMUND FREUD)
Teori psikoanalisis kepribadian yang mencakup Id, Ego dan Superego menurut Sigmund Freud. Memahami kepribadian manusia sangat penting bagi siapa saja termasuk bagi pedagang/usahawan. Kali ini coba kita pahami Teori psikoanalisa dari Sigmund Freud, bahwa kepribadian itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1.Id; 2.Ego; 3.Superego, ketiga unsur tersebut bekerja sama untuk  menghasilkan perilaku manusia yang komples.
Id. Menurut Sigmund Freud, Id merupakan sumber segala energi psikis sehingga Id merupakan komponen utama dalam kepribadian. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir, aspek kepribadiannya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan, apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Menurut Frued id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan dengan proses utama yang melibatkan proses dalam pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Sebagai contoh adalah ketika merasa lapar atau haus maka akan segera memenuhi kebutuhan tersebut dengan makan atau minum sampai id tersebut terpenuhi.
Ego. Yang kedua adalah Ego. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan proses sekunder adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanam oleh adat-istiadat, agama, orangtua, dan lingkungan. Pada dasarnya Superego adalah hati nurani, jadi Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian, baik yang benar atau yang salah. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.
Perilaku. Id, Ego dan Superego saling mempengaruhi satu sama lain, ego bersama dengan superego mengatur dan mengarahkan pemenuhan id dengan berdasarkan aturan-aturan yang benar dalam masyarakat, agama dan perilaku yang baik atau buruk.
Menurut Sigmund Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara Id, Ego dan Superego. (Nop-15)
PROSES PENJUALAN
Proses penjualan sangat penting diketahui bagi pedagang termasuk yang jualan online. Sekarang (2015) banyak uraian yang berbeda-beda dengan judul proses penjualan, tetapi saya lebih suka uraian singkat dibawah ini yang saya dapat waktu di bangku kuliah tahun 1990, sbb:
1.      Attention, perhatian, produk yang dijual mesti mengundang perhatian orang.
2.      Interest, minat setelah calon konsumen memperhatikan produk kita seharusnya timbul interest/minat.
3.      Desire, keinginan membeli yang seharusnya timbul setelah propses interest.
4.      Action, konsumen sampai pada keputusan membeli. Deal-action.
(Nop-15)
GAYA HIDUP “YUPIES”
 Yuppies, atau Young Urban Professionals (kadang juga disebut Young Upwardly Mobile Professionals) merupakan sebuah fenomena yang kini marak terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Jakarta. Sebagai kota metropolitan, penduduk Jakarta terbiasa dengan gaya hidup yang tak jauh berbeda dengan gaya hidup masyarakat New York yang mobile, urban dan berorientasi material.
How First Yuppies Come
Yuppies sebenarnya bukanlah istilah baru, melainkan telah muncul sekitar tahun 80-an pertama kali di sebuah artikel majalah Chicago Tribune. Yuppies diidentikkan dengan kaum muda berusia 20 hingga awal 30 tahun, tinggal di kota-kota metropolitan, memiliki pekerjaan mapan dengan gaji besar, memiliki rumah yang mewah atau apartemen pribadi, mobil pribadi, serta daya beli yang tinggi. Bisa dibilang Yuppies merupakan kaum muda yang memiliki slogan ‘Work  hard, play hard’.
Namun kehadiran Yuppies sebenarnya tak bisa dilepaskan dari kehadiran kaum Hippies, yang banyak bermunculan di sekitar tahun 60-an di AS, di mana pada saat itu negara Paman Sam tersebut sedang berperang di Vietnam. Kaum Hippies ini memiliki prinsip menolak batasan serta otoritas pemerintah, menolak kenyamanan dan selalu berpindah-pindah tempat sebagai bentuk pencarian jati diri mereka. Usai dengung kaum Hippies meredup, kemudian muncul para kaum Preppies, yang merupakan kaum kelas menengah atas, berpendidikan tinggi (masuk kampus Ivy League di AS), memiliki daya beli yang tinggi dan sangat eksklusif, dengan bergaul bersama  kalangan tertentu saja.
Baru muncullah istilah kaum Yuppies, yang dianggap sebagai perpaduan keduanya. Berpendidikan tinggi serta memiliki gaya hidup konsumtif, namun tetap punya kepedulian pada masalah sosial di sekitarnya. Tidak seperti Preppies yang sangat snob, Yuppies dianggap lebih ‘membumi’, dikarenakan uang yang dihasilkan merupakan hasil keringat sendiri, dan tahu bagaimana cara bekerja keras. Selain itu Yuppies walaupun peduli pada masalah sosial serta kebijakan pemerintah, tapi mereka tidak anti otoritas, layaknya para Hippies.
Consumerism, A Way of Life?
Dalam buku The Yuppie Handbook, dituliskan bahwa Yuppies dikenal dengan gaya hidupnya yang mahal. Pendidikan yang tinggi serta kehidupan yang berpusat di kota besar, membuat para Yuppies sangat mengutamakan standar yang tinggi serta kenyamanan dari produk yang mereka gunakan sehari-hari. Oleh karena itu mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan kenyamanan serta kemewahan yang mereka inginkan. Mobil BMW, pakaian Gucci atau Prada, sepatu Tods, liburan ke Australia, merupakan hal yang Yuppies anggap pantas mereka dapatkan  mengingat betapa kerasnya mereka bekerja.
Dengan penghasilan yang cukup besar, para Yuppies ini identik dengan gaya hidup konsumtif. Mereka bisa menghabiskan ratusan ribu hanya untuk makan atau minum kopi bersama rekan kerja, hingga jutaan rupiah untuk memborong sepatu Christian Louboutin atau terusan keluaran Zara. Berapapun harga dari barang yang mereka beli nampaknya bukanlah masalah, karena yang penting ialah prestige serta kenyamanan yang didapatkan.
Mengingat gaya hidup Yuppies yang sangat konsumtif, wajar kemudian kaum muda ini menjadi target pasar banyak produk. Kini mulai dari produk makanan, mobil, tempat perbelanjaan, kafe dan lainnya menjadikan kaum Yuppies sebagai target pasarnya. Hal ini dikarenakan jumlah keuntungan yang didapatkan para produsen akan berlipat ganda jika berhasil menggaet generasi ini menjadi konsumen produk mereka.
Yuppies Couple
Lalu bagaimana kehidupan Yuppies jika menjalin hubungan baik sebagai suami-istri? Ternyata gaya hidupnya tidak banyak berubah. Keduanya, baik pria dan wanita akan terus fokus pada karier masing-masing, menikmati hidup di akhir pekan dengan berbelanja ke pusat perbelanjaan atau bepergian ke Bali, Singapura atau daerah wisata lainnya.
Dalam kaum Yuppies sendiri, kemudian dikenal adanya istilah DINK (Double Income No Kids), dimana sepasang suami-istri yang sama-sama berasal dari golongan Yuppies, kemudian menunda untuk mempunyai anak, demi mengejar karier serta mimpi-mimpi yang materialis (siapa yang tidak ingin berlibur ke Venesia?). Sayangnya, hal ini juga identik dengan lemahnya kedekatan di antara pasangan. Pasangan Yuppies sangat mengejar karier mereka, dan di akhir pekan, mereka lebih banyak hangout bersama teman-teman mereka, sehingga jarang menghabiskan waktu bersama dengan pasangannya.
Yuppies bukanlah sekedar tren gaya hidup biasa. Yuppies memiliki dampak besar dalam sebuah perekonomian negara. Penghasilan para Yuppies yang besar membuat mereka memiliki daya beli yang tinggi, yang pada akhirnya berdampak positif pada sistem ekonomi makro. Ketika sebuah perekonomian negara sedang mengalami pertumbuhan, jumlah kaum Yuppies pun menjadi semakin banyak, dengan
Menjadi seorang Yuppies merupakan hal yang sah-sah saja. Kehidupan yang nyaman seusai bekerja keras sepanjang waktu di kantor, atau berbelanja barang berkualitas tinggi yang meningkatkan kepercayaan diri juga merupakan hal yang pantas dilakukan wanita-wanita profesional, urban dan smart, seperti Anda. Namun, ada baiknya jikalau karier dan kehidupan berjalan dengan seimbang.

Dalam buku Diary of a Yuppie, Louis Auchincloss mengkritik kehidupan Yuppies sebagai artifisial dan hanya peduli pada dirinya sendiri, maka akan lebih baik jika Anda tidak hanya berkutat pada keberhasilan karier semata. Menjaga hubungan dengan pasangan, keluarga dan teman, menjadikan kehidupan Anda seimbang antara karier dan hubungan personal. Keseimbangan, itulah jalan menuju kehidupan yang bahagia. (Nop-15)
PERSIAPAN MEMULAI BINSIS
Tidak ada rumusan yang baku bagaimana cara persiapan dan memulai bisnis/usaha. Sebelum memulai usaha tentu harus memiliki pengetahuan yang cukup, Untuk itu anda dapat melihat tulisan lainnya dalam kumpulan tulisan tentang kewirausahaan lainnya dalam blog saya : tulisan-hherbandi.blogspot.com.
Salah satu caranya seperti diuraikan di bawah ini yang saya ringkas dari www.ciputraentrepreneurship.com sbb:
Menjadi entrepreneur saat ini merupakan dambaan banyak orang. Selain bisa memperkaya diri, entrepreneur dapat menjadi "dewa penolong" dengan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Tentunya, untuk menjadi entrepreneur diperlukan persiapan-persiapan yang memadai sebagai berikut:
1.      Mental. Jangan takut gagal atau bingung memulai usaha, harus fokus, pantang menyerah.
2.      Jaringan. Mempunyai relasi yang luas dan banyak.
3.      Modal. Faktor penting untuk memulai bisnis. Untuk memulai usaha bisa dilakukan tanpa modal yakni dengan mengandeng investor atau mitra.
4.      Pemasaran. Mengetahui seluk beluk pemasaran, kelebihan produk yang membedakan dengan barang sejenis dan promosi.
5.      Aksi. Keempat langkah tadi tidak akan jalan jika tidak dilakukan dengan aksi nyata dan harus terus mengembangkan diri dengan pengetahuan baru agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

(Nop-15)
NULIS PUISI SUSAH

Ketrampilan menulis perlu diberikan kepada anak-anak kita. Saya sendiri pernah menulis berbagai artikel, cerpen. Tapi yang belum pernah berhasil saya tulis adalah menulis puisi. Mungkin saya sama sekali tak berbakat nulis puisi. Dulu waktu masih di SMA 29 Jakarta, saya pernah coba nulis puisi. Senang sekali rasanya waktu itu karna puisi saya ---oleh redaksi majalah dinding sekolah---  bisa ditempel di majalah dinding sekolah. Puisi itu menggambarkan perpisahan saya dengan seorang teman (wanita) di stasiun Gambir Jakarta Pusat (waktu itu stasiun Gambir masih belum di renovasi seperti sekarang). Sayangnya saya lupa judulnya. Isinya kira-kira ---yang masih saya ingat--- :  ........Akhirnya jarak diantara kita mengembang jua.... meninggalkan aku seorang diri diantara bangku kosong .......besi rel kereta dan bangku di ruang tunggu penumpang terasa semakin dingin...... (selanjutnya lupa) (Oktober 2015)

PEDAGANG RANGKA ATAP BAJA RINGAN

Tahun 2012, seorang sahabat menghubungi saya lewat telepon. “hoi...apa kabarnya...lu. Gue sekarang jualan rangka atap baja ringan. Kalo lu bangun rumah pesen ama gue ya... ntar gue kasih harga temen...”

Yang saya tahu tahun 1995, sahabat tersebut bekerja di perusahaan besi yang menjual berbagai jenis besi, galvanis/galvalum/atau semacamnya. Waktu saya tanya kenapa jadi pedagang, dia bilang begini :
“ini kan gara-gara lu.... yang dulu suka provokasi gue bahwa lebih hebat dagang sendiri dari pada jadi pegawai. Kalo kita kerja keras pasti sukses.”
Trus saya mengingat-ingat, apakah benar saya pernah berkata begitu? Saya sendiri lupa! Memang sih, jadi pengusaha atau pegawai sama-sama harus kerja keras, bedanya kalau jadi pengusaha penghasilannya akan jauh lebih besar.
Semoga sahabat tersebut sudah sukses sekarang.
(Nop-2015)

BUDIDAYA SAPI MAHAL
Mending usaha penggemukan sapi dari pada budidaya sapi. Tahun lalu saya coba usaha budidaya sapi. Caranya beli sapi betina jenis limosin, trus oleh mantri hewan di kawinin ---oops salah, astaghfirullah--- maklsudnya Inseminasi (teknik dalam dunia medis untuk membantu proses reproduksi dengan cara memasukan sperma yang telah disiapkan ke dalam rahim menggunakan kateter). Setelah Inseminasi atau kawin suntik trus sapinya bunting sampai 9 bulan.
Usaha budidaya pedet/anak sapi hitungannya rata rata setahun beranak sekali. Waduh...lama banget. Pantes aja gak ada yang mau usaha budidaya sapi. Bikin pedet/anak sapi ternyata mahal, waktu lama/setahun dan resiko tinggi.
Bisa dimengerti sekarang, bahwa orang lebih pilih usaha ternak penggemukan sapi karna lebih menguntungkan dibanding budidaya sapi.
Usaha penggemukan sapi, caranya : beli sapi bakalan/pedet yang beratnya ±200 kg (jenisnya apa aja : simental, limosin, brahman, PO, dst....)  trus kasih makan selama tiga bulan (beratnya udah  jadi 300 kg) kemudian jual. Nah, dalam tempo 3 bulan udah ada untungnya Bisa dihitung sendiri untungnya kalo dengan harga sapi RP.48.000,- (setelah dikurangi cost perkiraan untung dari feasibiliti studi 25%) Gimana ada yang tertarik gak?. (Oktober 2015)

Kutipan Perter F. Drucker :

Beliau adalah bapak ilmu manajemen, beberapa kutipan yang harus kita pikirkan adalah :
  •  "Cara terbaik memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya."
  • "Management is doing things right; leadership is doing the right things."
  • "Apa yang bisa diukur pasti bisa ditingkatkan."
  • "Budaya perusahaan memiliki sifat yang mirip dengan budaya sebuah negara. Jangan pernah mencoba mengubahnya. Alih-alih begitu, cobalah untuk bekerja dengan budaya yang ada."
  • The most important thing in communication is hearing what isn't said.
  • "Tujuan dari bisnis adalah menciptakan dan mempertahankan pelanggan."
  • People who don't take risks generally make about two big mistakes a year. People who do take risks generally make about two big mistakes a year.
  • "Tak ada yang lebih tak berguna daripada berusaha melakukan efesiensi untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan sama sekali." 
(Nop-2015)
Konsep dasar pengertian 

1.      Economies of scale: Semakin banyak volume out put maka biaya rata-rata produksi semakin kecil sehingga keuntungan semakin besar.
2.       Economies of scope: Apabila perusahaan menghasilkan beragam jenis out put maka biaya rata-rata produksinya akan semakin kecil.

Penjelasan deskriptif Economies of scale dan Economies of scope
Seiring dengan terjadinya peningkatan output, biaya rata-rata perusahaan untuk menghasilkan output akan cenderung menurun, setidaknya dalam beberapa hal atau input produksi. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa alasan seperti:
1.      Jika perusahaan beroperasi pada skala yang lebih besar, pekerja dapat mengkhususkan diri dalam kegiatan di mana mereka paling produktif
2.      Skala dapat membuat pekerjaan lebih fleksibel. Dengan adanya variasi dari kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output perusahaan, pimpinan perusahaan dapat mengatur proses produksi yang lebih efektif
3.      Perusahaan mungkin dapat memperoleh beberapa input produksi dengan biaya yang lebih rendah karena mereka membeli dalam jumlah besar. Kombinasi dari input mungkin berubah jika manajer mengambil keuntungan dari input biaya lebih rendah.
Namun, pada suatu titik tertentu, kemungkinan biaya rata-rata produksi akan mulai meningkat dengan output bisa saja terjadi. Terdapat beberapa alasan yang mengakibatkan perubahan ini, yaitu:
1.      Dalam jangka pendek, ruang pabrik atau kapasitas pabrik dan mesin membuat lebih sulit bagi para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif
2.      Mengelola perusahaan yang lebih besar mungkin menjadi lebih kompleks dan tidak efisien karena jumlah tugas yang semakin banyak
3.      Keuntungan membeli dalam jumlah besar mungkin telah menghilang setelah mencapai jumlah tertentu. Pada titik tertentu, pasokan yang tersedia untuk input pokok mungkin terbatas, dan hal ini akan mendorong biaya yang akan dikeluarkan menjadi lebih banyak.
Hal di ataslah yang disebut dengan analisis long run dan short run. Dimana dalam analisis inilah kemudian diketahui atau ditemukan suatu istilah yang dinamakan economies of scale, yaitu situasi dimana output yang dihasilkan atau didapatkan oleh perusahaan bisa 2 kali lebih banyak dari sebelumnya, tanpa membutuhkan biaya sebesar 2 kali lipatnya.
Sedangkan economies of scope adalah situasi dimana joint output dari satu perusahaan lebih besar dibandingkan dengan output yang akan dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang memproduksi barang yang sama. Atau singkatnya dimana satu perusahaan memproduksi lebih dari 1 jenis barang. Untuk mengukur derajat dari economies of scope, kita harus tahu berapa persen dari biaya produksi yang disimpan/tersimpan ketika dua atau lebih produk barang diproduksi secara bersama sama dibandingkan secara individual (satu perusahaan memproduksi 1 jenis barang).
Dalam economies of scale, pengurangan biaya rata rata produksi digunakan untuk menambah total produksi dalam jenis barang yang sama, sedangkan untuk economies of scope, penurunan biaya rata rata produksi akan digunakan untuk memproduksi 2 jenis barang atau lebih. Maka dalam perusahaan akan ada keragaman hasil produksi.
(Nop-2015)

PSIKOLOGI PENJUALAN

(Psikologi penjualan adalah bagian dari Psikologi Industri)

Pengertian Psikologi
Menurut pakar psikologi, yang dimaksudkan dengan psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kesadaran manusia dan “makluk hidup” lainnya, dengan mempelajari tingkah lakunya, yang timbul disebabkan pengaruh luar terhadap jiwa dan lingkungannya.
Apa yang dimaksud dengan makhluk hidup di sini?
Suatu kenyataan bahwa kalau ada rangsangan tertentu, maka makhluk hidup (termasuk manusia) akan memberikan reaksinya walau dengan cara yang berbeda-beda. Perasaan sedang takut, atau kecewa itu, hanya terjadi pada makhluk hidup dan tidak mungkin pada benda mati seperti patung, batu atau pohon, karena benda mati tidak memiliki kesadaran.
Jadi kesadaran hanya ada pada makhluk hidup, yaitu suatu pengalaman batin yang timbul karena adanya dorongan atau simulus dari lingkungannya.
Tingkat Kesadaran
Ada dua tingkat kesadaran, yaitu tingkat kesadaran nyata dan tingkat kesadaran tidak nyata.
a. Tingkat Kesadaran Nyata
Bila kita memperhatikan sesuatu, hal itu dapat diartikan sebagai tengah sadar tentang sesuatu yang dilihat. Bila anda sedang mengetik di komputer, kemudian terdengar lagu kesayangan anda di TV atau radio, serta merta anda meninggalkan ketikan anda, kemudian mendengar lirik dan alunan musik yang merdu, anda dikatakan sadar sepenuhnya, yaitu sadar meninggalkan ketikan dan sadar mendengar lagu kesayangan anda itu.
b. Tingkat Kesadaran Tidak Nyata
Kalau anda biasa tinggal di Bandung, setelah 25 tahun merantau dan datang lagi ke Bandung pasti ada tempat atau lokasi yang anda tidak ingat seperti warung jajan enak di Jalan Kopo. Walau ragu-ragu, itu tidak berarti kita sudah melupakan, karena kalau dicari dan dicari lagi pasti lokasi warung itu anda temukan.
Demikian pula, kalau anda sedang sibuk menyaksikan TV di malam hari, kemudian ada tamu datang membunyikan bel di depan rumah, anda bukan tidak tahu bahwa ada tamu datang, tetapi karena sedang asyik melihat TV seakan-akan anda tidak ada perhatian atas kedatangan tamu tadi. Inilah yang disebut tingkat kesadaran yang tidak nyata.
Penerapan Psikologi Dalam Penjualan
Coba bayangkan, anda seorang petugas di counter Biro Perjalan Wisata (BPW) pada suatu hotel. Kemudian datang seorang wisatawan menanyakan besok jam berapa counter anda di buka.
Sebagai seorang penjual, anda jangan hanya menjawab besok jam 8.00 pagi saja, tetapi seharunya menanyakan kepada wisatawan itu apa keperluannya. Kalau dia ingin membeli tiket wisata, anda bisa langsung memberikan leaflet paket wisata yang ada, sehingga wisatawan itu dapat mempelajarinya, dan besok pagi ia datang kepada anda sudah punya pilihan dan tinggal menegaskan, paket wisata mana yang dipilihnya.
Bukankah menjual itu harus dilakukan dengan membujuk dan untuk membujuk digunakan pendekatan psikologi, sehingga tindakan membujuk itu tidak dilakukan secara kasar, tetapi secara sadar dapat dilakukan dan tindakan itu tidak merugikan kedua belah pihak yang melakukan transaksi.
Mengapa Orang Membeli
Menjual itu pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana meyakinkan orang lain tentang gagasan atau ide kita sehingga ia menerima dan berbuat sesuai dengan gagasan atau ide yang kita sampaikan. Dalam kegiatan menjual, kita harus berusaha membujuk orang agar mau membeli barang atau jasa yang kita tawarkan. Tidak ubahnya seperti seorang psikolog, kita tidak hanya harus mengetahui cara-cara mengemukakan ide atau memberi usul, tetapi juga harus tahu motivasi seseorang itu melakukan pembelian.
Kita dapat bertanya pada diri kita sendiri, misalnya “Mengapa saya membeli cenderamata kalau berkunjung ke Bali” atau “Mengapa saya selalu menginap di Melia Hotel, kenapa tidak di Remada Inn? Kenapa saya suka makan di restoran Padang, dan tidak di Kentucky Fried Chicken?”.
Dulu, praktik-praktik penjualan sering dilakukan dengan tidak jujur. Trik-trik yang tidak jujur membuat pelanggan merasa kecewa. Seperti kalau anda membeli patung di Kintamani. Waktu menawarkan diperlihatkan patung yang kelihatan halus, terbuat dari kayu Eban. Tetapi kalau anda tidak hati-hati, setelah anda bayar dan tidak melihat kembali patung yang dibungkus atau diserahkan pada anda, bisa patung itu terbuat dari kayu nangka dengan raut kasar yang tidak menarik.
Yang penting kita harus mengetahui, mengapa seseorang itu membutuhkan sesuatu. Dengan mengetahuinya kita akan dapat memberi saran kepada calon pelanggan, mana yang baik dan sesuai dengan keinginannya. Ya….. kita menolong pelanggan membeli.
Di sinilah usaha membujuk itu. Tetapi untuk membujuk seorang pelanggan agar mau membali, terlebih dahulu kita harus mengenal calon pembeli, dan mengerti prinsip pembelian yang akan dilakukannya. Itulah sebabnya, mengapa kita harus terlebih dahulu mengetahui motivasi mengapa seseorang membeli sesuatu itu.
Seseorang penjual, hendaknya juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan pelanggan, cara-cara hidup kesehariannya, hal-hal yang patut dan tidak ada tempatnya. Misalnya, di daerah Minahasa di Manado. Kalau panen cengkeh tiba, apa saja dibeli oleh petani. Walau di desanya belum ada listrik, kulkas dibelinya juga. Pokoknya gengsi, walau kulkas itu digunakan untuk tempat pakaian. 
Itulah sebabnya, H.E. Waren, seorang pakar psikologi mengatakan : “Untuk dapat mengerti, mengapa seseorang itu membeli, penjual harus mengetahui secara pasti kebiasaan hidupnya, dan sifat-sifat manusia pada umumnya”. Kita hendaknya tahu cara berpikir seseorang dan dapat membedakan reaksi pembeli.
Terhadap wisatawan, kita harus tahu dan mengerti, mengapa ia melakukan pejalanan wisata. Apa yang diperlukannya selama dalam perjalanan itu. Di Indonesia, banyak orang bertugas di bidang pariwisata, tetapi belum pernah menjadi wisatawan, karena itu dia tidak tahu secara persis apa yang dibutuhkan wisatawan dalam kondisi tertentu.
Untuk dapat mengerti apa kebutuhan, keinginan dan kesenangan wisatawan, harus mengikuti aturan sebagai berikut : “Put Yourself into Customer Shoes”. Artinya tempatkanlah diri anda seolah-seolah seorang wisatawan yang dalam perjalanan. Dengan cara itu anda akan tahu apa yang dibutuhkan, apa yang diinginkan oleh wisatawan.
Wisatawan itu menusia biasa, butuh informasi di mana objek dan atraksi wisata yang menarik, transpor yang digunakan menuju objek wisata, ingin tidur di hotel yang nyaman dan tentram, ingin makanan yang enak, ingin dimanja, didahulukan dan sama sekali tidak mau dilecehkan.
Motivasi Membeli
Biasanya, bila seseorang hendak melakukan pembelian selalu punya pertimbangan. Pertimbangan itu ada dua macam, rasional dan tidak rasional. Kalau anda membeli mobil, tujuannya selain agar lebih nyaman pergi ke kantor juga sekalian dapat mengantar anak-anak ke sekolah, maka itu pertimbangan rasional. Tapi kalau anda membeli mobil untuk menyaingi tetangga, maka pembelian itu tidak rasional.
Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa seseorang itu kalau ingin membeli sesuatu ada alasannya. Alasan inilah yang menimbulkan kebutuhan (needs) untuk membeli barang tertentu. Ada bermacam-macam kebutuhkan manusia diantaranya :
a. Kebutuhan Untuk Dapat Bertahan Hidup.
Di sini, yang terpenting adalah bagaimana dapat bertahan untuk hidup, maka kebutuhan yang utama adalah makan dan minum. Apapun akan dilakukannya agar bisa terjamin makan dan minum. Kalau kebutuhan pokok itu sudah terpenuhi, baru melangkah kepada kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan akan pakaian untuk menutup badan, supaya tahan dari cuaca dingin atau panas.
Ini juga berlaku bagi wisatawan. Wisatawan yang jauh dari rumah tempat kediamannya, selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya, kebutuhan primer itu harus tersedia sesuai dengan pelayanan yang diinginkan. Sebagai konsumen, ia berani membayar untuk itu, yang penting baginya adalah tersedianya makanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan seimbang dengan uang yang dibayarnya.
Di sinilah pentingnya kita mengetahui kebutuhan wisatawan dalam perjalanan dan jangan lupa, tiap wisatawan mempunyai selera yang berbeda.
Kita sebagai penjual, harus selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang beraneka ragam itu, dengan demikian pelayanan yang akan diberikan menjadi semakin sempurna. Tapi untuk wisatawan yang tengah dalam perjalanan wisata, apakah kebutuhannya hanya terbatas pada makan dan minum seperti manusia pimitif itu tadi?.
Kalau boleh kita urutkan kebutuhan wisatawan dalam perjalanan, maka tingkat kebutuhannya adalah sebagai berikut :
Kebutuhan 1 :
Tersedianya fasilitas transportasi yang dapat mengantarkannya dari suatu negara ke negara lain atau dari suatu kota ke kota lain, karena tanpa transportasi, perjalanan wisata itu tidak mungkin ia lakukan.
Kebutuhan 2 :
Tersedianya kesempatan makan dan minum selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya. Untuk itu diperlukan restoran, rumah makan, warung yang menyediakan makanan dan minuman.
Kebutuhan 3 :
Tersedianya akomodasi hotel, motel, home stay, atau apapun namanya yang dapat digunakan untuk tempat tinggal sementara di tempat yang ia kunjungi.
Kebutuhan 4 :
Tersedianya program acara seperti City Sight Seeig, Local Tour, Rekreasi, kunjungan ke museum dan lain-lain. Ini sangat penting. Wisatawan datang pada suatu DTW tidak hanya untuk di hotel, tetapi dia tidur di hotel dalam rangka ingin melihat sesuatu (something to see), melakukan sesuatu (something to do), dan membeli sesuatu (something to buy).

Tanpa ke empat unsur diatas, orang tidak bisa melakukan perjalan wisata, dan bahkan kalau salah satu unsur saja tidak ada, maka perjalanannya tidak bisa disebut sebagai perjalanan wisata. Kalau hanya menggunakan transportasi saja, ia lebih tepat disebut seorang “traveller”. Kalau dia hanya tidur di hotel atau melihat obyek wisata saja, dia lebih tepat dikatakan melakukan rekreasi saja.
b. Kebutuhan untuk Berbudaya atau Kemewahan
Zaman berubah, manusia pun bertingkah. Akibatnya kemajuan ekonomi, dan teknologi, tingkat kemakmuran manusia juga meningkat. Pendapatan yang meningkat membuat kebutuhan orang juga semakin meningkat.
Kalau kebutuhan akan makan sudah dipenuhi, orang akan berusaha untuk mendapatkan pakaian dan rumah yang layak. Kalau rumah sudah dimiliki, orang ingin punya perlengkapan rumah, punya TV, kulkas, mesin cuci, AC, dan kalau itu sudah dipenuhi, ingin punya telepon dan kemudian ingin punya mobil.
Kebutuhan itu disebut sebagai kebutuhan berbudaya atau kebutuhan untuk memiliki kemewahan. Ternyata kebutuhah itu tidak berhenti di situ saja. Setelah memiliki semua itu, timbul lagi keinginan baru, seperti keperluan untuk ibadah haji, pergi umroh, atau perjalanan wisata.
Perjalanan wisata itu pun bertingkat-tingkat. Kalau sudah ke Yogya, ingin ke Bali. Sesudah itu ingin ke Danau Toba atau ke Tana Toraja. Yang namanya manusia, kepuasan itu tidak ada henti-hentinya. Sudah bosan melakukan perjalanan wisata di dalam negeri, timbul keinginan untuk pergi ke luar negeri.
Itulah yang disebut sebagai kebutuhan berbudaya atau kemewahan. Suatu ciri kebutuhan ini, setelah kebutuhan budaya terpenuhi, timbul rasa tidak puas dan kemudian timbullah kebutuhan kemewahan, seperti berbelanja dan berpergian bersenang-senang melihat negeri orang yang aneh-aneh dan unik.
Jadi, motivasi pembelian itu sangat beragam, tergantung pada orangnya, namun biasanya motivasi orang melakukan pembelian, secara umum adalah :
1) Kebutuhan untuk hidup (kebutuhan utama)
2) Kebutuhan untuk keamanan dan kesehatan
3) Kebutuhan bergaul dengan orang lain, bersahabat dan dikenal oleh orang lain.
4) Kebutuhan akan seks dan teman hidup
5) Kebutuhan akan kemewahan
6) Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan.
7) Kebutuhan kasih sayang, perhatian dari orang tua.
8) Kebutuhan berkuasa, diakui, dikenal atau dilindungi.
9) Kebutuhan bebas bertindak, merdeka, menentukan.
(Source : Psikologi Pelayanan Wisata, Drs. H. Oka A. Yeeti, MBA, PT Gramedia Pustaka Utama dari syafrizal Helmi) (Nop-2015)