PSIKOLOGI
PENJUALAN
(Psikologi penjualan
adalah bagian dari Psikologi Industri)
Pengertian Psikologi
Menurut
pakar psikologi, yang dimaksudkan dengan psikologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari kesadaran manusia dan “makluk hidup” lainnya, dengan mempelajari
tingkah lakunya, yang timbul disebabkan pengaruh luar terhadap jiwa dan
lingkungannya.
Apa yang dimaksud dengan makhluk hidup di sini?
Apa yang dimaksud dengan makhluk hidup di sini?
Suatu
kenyataan bahwa kalau ada rangsangan tertentu, maka makhluk hidup (termasuk
manusia) akan memberikan reaksinya walau dengan cara yang berbeda-beda. Perasaan
sedang takut, atau kecewa itu, hanya terjadi pada makhluk hidup dan tidak
mungkin pada benda mati seperti patung, batu atau pohon, karena benda mati
tidak memiliki kesadaran.
Jadi
kesadaran hanya ada pada makhluk hidup, yaitu suatu pengalaman batin yang
timbul karena adanya dorongan atau simulus dari lingkungannya.
Tingkat Kesadaran
Ada
dua tingkat kesadaran, yaitu tingkat kesadaran nyata dan tingkat kesadaran
tidak nyata.
a.
Tingkat Kesadaran Nyata
Bila
kita memperhatikan sesuatu, hal itu dapat diartikan sebagai tengah sadar
tentang sesuatu yang dilihat. Bila anda sedang mengetik di komputer, kemudian
terdengar lagu kesayangan anda di TV atau radio, serta merta anda meninggalkan
ketikan anda, kemudian mendengar lirik dan alunan musik yang merdu, anda
dikatakan sadar sepenuhnya, yaitu sadar meninggalkan ketikan dan sadar
mendengar lagu kesayangan anda itu.
b.
Tingkat Kesadaran Tidak Nyata
Kalau
anda biasa tinggal di Bandung, setelah 25 tahun merantau dan datang lagi ke
Bandung pasti ada tempat atau lokasi yang anda tidak ingat seperti warung jajan
enak di Jalan Kopo. Walau ragu-ragu, itu tidak berarti kita sudah melupakan,
karena kalau dicari dan dicari lagi pasti lokasi warung itu anda temukan.
Demikian
pula, kalau anda sedang sibuk menyaksikan TV di malam hari, kemudian ada tamu
datang membunyikan bel di depan rumah, anda bukan tidak tahu bahwa ada tamu
datang, tetapi karena sedang asyik melihat TV seakan-akan anda tidak ada
perhatian atas kedatangan tamu tadi. Inilah yang disebut tingkat kesadaran yang
tidak nyata.
Penerapan Psikologi Dalam Penjualan
Coba
bayangkan, anda seorang petugas di counter Biro Perjalan Wisata (BPW) pada
suatu hotel. Kemudian datang seorang wisatawan menanyakan besok jam berapa
counter anda di buka.
Sebagai
seorang penjual, anda jangan hanya menjawab besok jam 8.00 pagi saja, tetapi
seharunya menanyakan kepada wisatawan itu apa keperluannya. Kalau dia ingin
membeli tiket wisata, anda bisa langsung memberikan leaflet paket wisata yang
ada, sehingga wisatawan itu dapat mempelajarinya, dan besok pagi ia datang
kepada anda sudah punya pilihan dan tinggal menegaskan, paket wisata mana yang
dipilihnya.
Bukankah
menjual itu harus dilakukan dengan membujuk dan untuk membujuk digunakan
pendekatan psikologi, sehingga tindakan membujuk itu tidak dilakukan secara
kasar, tetapi secara sadar dapat dilakukan dan tindakan itu tidak merugikan
kedua belah pihak yang melakukan transaksi.
Mengapa Orang Membeli
Menjual
itu pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana meyakinkan orang lain tentang
gagasan atau ide kita sehingga ia menerima dan berbuat sesuai dengan gagasan
atau ide yang kita sampaikan. Dalam kegiatan menjual, kita harus berusaha
membujuk orang agar mau membeli barang atau jasa yang kita tawarkan. Tidak
ubahnya seperti seorang psikolog, kita tidak hanya harus mengetahui cara-cara
mengemukakan ide atau memberi usul, tetapi juga harus tahu motivasi seseorang
itu melakukan pembelian.
Kita
dapat bertanya pada diri kita sendiri, misalnya “Mengapa saya membeli
cenderamata kalau berkunjung ke Bali” atau “Mengapa saya selalu menginap di
Melia Hotel, kenapa tidak di Remada Inn? Kenapa saya suka makan di restoran
Padang, dan tidak di Kentucky Fried Chicken?”.
Dulu,
praktik-praktik penjualan sering dilakukan dengan tidak jujur. Trik-trik yang tidak
jujur membuat pelanggan merasa kecewa. Seperti kalau anda membeli patung di
Kintamani. Waktu menawarkan diperlihatkan patung yang kelihatan halus, terbuat
dari kayu Eban. Tetapi kalau anda tidak hati-hati, setelah anda bayar dan tidak
melihat kembali patung yang dibungkus atau diserahkan pada anda, bisa patung
itu terbuat dari kayu nangka dengan raut kasar yang tidak menarik.
Yang
penting kita harus mengetahui, mengapa seseorang itu membutuhkan sesuatu.
Dengan mengetahuinya kita akan dapat memberi saran kepada calon pelanggan, mana
yang baik dan sesuai dengan keinginannya. Ya….. kita menolong pelanggan
membeli.
Di
sinilah usaha membujuk itu. Tetapi untuk membujuk seorang pelanggan agar mau
membali, terlebih dahulu kita harus mengenal calon pembeli, dan mengerti
prinsip pembelian yang akan dilakukannya. Itulah sebabnya, mengapa kita harus
terlebih dahulu mengetahui motivasi mengapa seseorang membeli sesuatu itu.
Seseorang
penjual, hendaknya juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan pelanggan, cara-cara
hidup kesehariannya, hal-hal yang patut dan tidak ada tempatnya. Misalnya, di
daerah Minahasa di Manado. Kalau panen cengkeh tiba, apa saja dibeli oleh
petani. Walau di desanya belum ada listrik, kulkas dibelinya juga. Pokoknya
gengsi, walau kulkas itu digunakan untuk tempat pakaian.
Itulah
sebabnya, H.E. Waren, seorang pakar psikologi mengatakan : “Untuk dapat
mengerti, mengapa seseorang itu membeli, penjual harus mengetahui secara pasti
kebiasaan hidupnya, dan sifat-sifat manusia pada umumnya”. Kita hendaknya tahu
cara berpikir seseorang dan dapat membedakan reaksi pembeli.
Terhadap
wisatawan, kita harus tahu dan mengerti, mengapa ia melakukan pejalanan wisata.
Apa yang diperlukannya selama dalam perjalanan itu. Di Indonesia, banyak orang
bertugas di bidang pariwisata, tetapi belum pernah menjadi wisatawan, karena
itu dia tidak tahu secara persis apa yang dibutuhkan wisatawan dalam kondisi
tertentu.
Untuk
dapat mengerti apa kebutuhan, keinginan dan kesenangan wisatawan, harus
mengikuti aturan sebagai berikut : “Put Yourself into Customer Shoes”. Artinya
tempatkanlah diri anda seolah-seolah seorang wisatawan yang dalam perjalanan.
Dengan cara itu anda akan tahu apa yang dibutuhkan, apa yang diinginkan oleh
wisatawan.
Wisatawan
itu menusia biasa, butuh informasi di mana objek dan atraksi wisata yang
menarik, transpor yang digunakan menuju objek wisata, ingin tidur di hotel yang
nyaman dan tentram, ingin makanan yang enak, ingin dimanja, didahulukan dan
sama sekali tidak mau dilecehkan.
Motivasi Membeli
Biasanya,
bila seseorang hendak melakukan pembelian selalu punya pertimbangan.
Pertimbangan itu ada dua macam, rasional dan tidak rasional. Kalau anda membeli
mobil, tujuannya selain agar lebih nyaman pergi ke kantor juga sekalian dapat
mengantar anak-anak ke sekolah, maka itu pertimbangan rasional. Tapi kalau anda
membeli mobil untuk menyaingi tetangga, maka pembelian itu tidak rasional.
Dari
contoh di atas dapat kita lihat bahwa seseorang itu kalau ingin membeli sesuatu
ada alasannya. Alasan inilah yang menimbulkan kebutuhan (needs) untuk membeli
barang tertentu. Ada bermacam-macam kebutuhkan manusia diantaranya :
a. Kebutuhan Untuk Dapat Bertahan Hidup.
Di
sini, yang terpenting adalah bagaimana dapat bertahan untuk hidup, maka
kebutuhan yang utama adalah makan dan minum. Apapun akan dilakukannya agar bisa
terjamin makan dan minum. Kalau kebutuhan pokok itu sudah terpenuhi, baru
melangkah kepada kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan akan pakaian untuk
menutup badan, supaya tahan dari cuaca dingin atau panas.
Ini
juga berlaku bagi wisatawan. Wisatawan yang jauh dari rumah tempat kediamannya,
selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya, kebutuhan primer itu harus tersedia
sesuai dengan pelayanan yang diinginkan. Sebagai konsumen, ia berani membayar
untuk itu, yang penting baginya adalah tersedianya makanan yang sesuai dengan
kebutuhannya dan seimbang dengan uang yang dibayarnya.
Di
sinilah pentingnya kita mengetahui kebutuhan wisatawan dalam perjalanan dan
jangan lupa, tiap wisatawan mempunyai selera yang berbeda.
Kita
sebagai penjual, harus selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang beraneka
ragam itu, dengan demikian pelayanan yang akan diberikan menjadi semakin
sempurna. Tapi untuk wisatawan yang tengah dalam perjalanan wisata, apakah
kebutuhannya hanya terbatas pada makan dan minum seperti manusia pimitif itu
tadi?.
Kalau
boleh kita urutkan kebutuhan wisatawan dalam perjalanan, maka tingkat
kebutuhannya adalah sebagai berikut :
Kebutuhan 1 :
Tersedianya
fasilitas transportasi yang dapat mengantarkannya dari suatu negara ke negara
lain atau dari suatu kota ke kota lain, karena tanpa transportasi, perjalanan
wisata itu tidak mungkin ia lakukan.
Kebutuhan 2 :
Tersedianya
kesempatan makan dan minum selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya.
Untuk itu diperlukan restoran, rumah makan, warung yang menyediakan makanan dan
minuman.
Kebutuhan 3 :
Tersedianya
akomodasi hotel, motel, home stay, atau apapun namanya yang dapat digunakan
untuk tempat tinggal sementara di tempat yang ia kunjungi.
Kebutuhan 4 :
Tersedianya
program acara seperti City Sight Seeig, Local Tour, Rekreasi, kunjungan ke
museum dan lain-lain. Ini sangat penting. Wisatawan datang pada suatu DTW tidak
hanya untuk di hotel, tetapi dia tidur di hotel dalam rangka ingin melihat
sesuatu (something to see), melakukan sesuatu (something to do), dan membeli
sesuatu (something to buy).
Tanpa ke empat unsur diatas, orang tidak bisa melakukan perjalan wisata, dan bahkan kalau salah satu unsur saja tidak ada, maka perjalanannya tidak bisa disebut sebagai perjalanan wisata. Kalau hanya menggunakan transportasi saja, ia lebih tepat disebut seorang “traveller”. Kalau dia hanya tidur di hotel atau melihat obyek wisata saja, dia lebih tepat dikatakan melakukan rekreasi saja.
Tanpa ke empat unsur diatas, orang tidak bisa melakukan perjalan wisata, dan bahkan kalau salah satu unsur saja tidak ada, maka perjalanannya tidak bisa disebut sebagai perjalanan wisata. Kalau hanya menggunakan transportasi saja, ia lebih tepat disebut seorang “traveller”. Kalau dia hanya tidur di hotel atau melihat obyek wisata saja, dia lebih tepat dikatakan melakukan rekreasi saja.
b. Kebutuhan untuk Berbudaya atau
Kemewahan
Zaman
berubah, manusia pun bertingkah. Akibatnya kemajuan ekonomi, dan teknologi,
tingkat kemakmuran manusia juga meningkat. Pendapatan yang meningkat membuat
kebutuhan orang juga semakin meningkat.
Kalau
kebutuhan akan makan sudah dipenuhi, orang akan berusaha untuk mendapatkan
pakaian dan rumah yang layak. Kalau rumah sudah dimiliki, orang ingin punya
perlengkapan rumah, punya TV, kulkas, mesin cuci, AC, dan kalau itu sudah
dipenuhi, ingin punya telepon dan kemudian ingin punya mobil.
Kebutuhan
itu disebut sebagai kebutuhan berbudaya atau kebutuhan untuk memiliki
kemewahan. Ternyata kebutuhah itu tidak berhenti di situ saja. Setelah memiliki
semua itu, timbul lagi keinginan baru, seperti keperluan untuk ibadah haji,
pergi umroh, atau perjalanan wisata.
Perjalanan
wisata itu pun bertingkat-tingkat. Kalau sudah ke Yogya, ingin ke Bali. Sesudah
itu ingin ke Danau Toba atau ke Tana Toraja. Yang namanya manusia, kepuasan itu
tidak ada henti-hentinya. Sudah bosan melakukan perjalanan wisata di dalam
negeri, timbul keinginan untuk pergi ke luar negeri.
Itulah
yang disebut sebagai kebutuhan berbudaya atau kemewahan. Suatu ciri kebutuhan
ini, setelah kebutuhan budaya terpenuhi, timbul rasa tidak puas dan kemudian
timbullah kebutuhan kemewahan, seperti berbelanja dan berpergian
bersenang-senang melihat negeri orang yang aneh-aneh dan unik.
Jadi,
motivasi pembelian itu sangat beragam, tergantung pada orangnya, namun biasanya
motivasi orang melakukan pembelian, secara umum adalah :
1) Kebutuhan
untuk hidup (kebutuhan utama)
2) Kebutuhan untuk keamanan dan kesehatan
3) Kebutuhan bergaul dengan orang lain, bersahabat dan dikenal oleh orang lain.
4) Kebutuhan akan seks dan teman hidup
5) Kebutuhan akan kemewahan
6) Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan.
7) Kebutuhan kasih sayang, perhatian dari orang tua.
8) Kebutuhan berkuasa, diakui, dikenal atau dilindungi.
9) Kebutuhan bebas bertindak, merdeka, menentukan.
(Source : Psikologi
Pelayanan Wisata, Drs. H. Oka A. Yeeti, MBA, PT Gramedia Pustaka Utama dari syafrizal Helmi) (Nop-2015)
2) Kebutuhan untuk keamanan dan kesehatan
3) Kebutuhan bergaul dengan orang lain, bersahabat dan dikenal oleh orang lain.
4) Kebutuhan akan seks dan teman hidup
5) Kebutuhan akan kemewahan
6) Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan.
7) Kebutuhan kasih sayang, perhatian dari orang tua.
8) Kebutuhan berkuasa, diakui, dikenal atau dilindungi.
9) Kebutuhan bebas bertindak, merdeka, menentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar