Selasa, 13 Desember 2016

KONDISI  PEREKONOMIAN  JAKARTA  TIMUR


Perekonomian Jakarta triwulan II-2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai 488,48 triliun rupiah, sementara menurut harga konstan mencapai 359,62 triliun rupiah.
Ekonomi Jakarta pada triwulan II-2015 tumbuh 5,15 persen bila dibandingkan dengan triwulan II-2014 (y on y). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,95 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,02 persen.
Ekonomi Jakarta triwulan II-2015 tumbuh lebih cepat 2,46 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qto-q). Dari sisi lapangan usaha pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa pendidikan (6,31 persen), dan dari sisi komponen pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pengeluaran konsumsi pemerintah (51,27 persen).
Secara kumulatif, pada semester I-2015 perekonomian Jakarta tumbuh 5,11 persen bila dibandingkan dengan semester I-2014.
Struktur perekonomian Jakarta triwulan II-2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,80 persen, industri pengolahan sebesar 13,90 persen dan konstruksi 13,22 persen, dan dari sisi pengeluaraan didominasi oleh konsumsi rumah tangga (58,35 persen) dan PMTB (40,91 persen).
Pertumbuhan ekonomi Jakarta triwulan II tahun 2015 tumbuh 5,15% lebih cepat 0,07% dibandingkan triwulan I tahun 2015. Data pertumbuhan tersebut penulis catat dari berita resmi statistik BPS Provinsi DKI Jakarta  sebagaimana terlampir. No. 37/08/31/Th.XVIII, 5 Agusatus 2016.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II-2015 di DKI Jakarta naik sebesar 10,29 persen (y-on-y) terhadap triwulan II-2014. Kenaikan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di DKI Jakarta lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan produksi secara nasional yang sebesar 5,44 persen.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II-2015 di DKI Jakarta naik sebesar 2,86 persen (q-to-q) terhadap triwulan I-2015. Pertumbuhan produksi industri manufaktur Besar dan Sedang di tingkat nasional juga naik sebesar 2,34 persen (q-to-q) terhadap triwulan I-2015.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II-2015 DKI Jakarta naik sebesar 10,68 persen (y-on-y) terhadap triwulan II-2014. Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II-2015 di tingkat Nasional juga naik sebesar 4,57 persen (y-on-y) terhadap triwulan II-2014 Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II-2015 naik sebesar 8,36 persen (qto-q) terhadap triwulan I tahun 2015. Pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II-2015 di tingkat Nasional juga naik sebesar 5,09 persen (q-to-q) terhadap triwulan I-2015.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur triwulan IV tahun 2015, Peretumbuhan produksi IBS naik 12,77% dan IMK naik 12,83% pada triwulan IV-2015 terhadap triwulan IV-2014. Data pertumbuhan tersebut penulis catat dari berita resmi statistik BPS Provinsi DKI Jakarta  sebagaimana terlampir. No. 08/02/31/Th.XVIII, 01 Februari 2016.
Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Jakarta Timur selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 selalu mengalami pertumbuhan positif. Untuk tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di Jakarta Timur sebesar 5,98 persen, atau melambat jika dibandingkan tahun 2013 yang tumbuh sebesar 6,08 persen sebagaimana terlampir. No. 01/10/3172/Th.VII, 01 Oktober 2016.
Ekonomi Jakarta tahun 2015 tumbuh 5,88 persen, melambat dibanding tahun 2014 sebesar5,91 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasakeuangan sebesar 10,72 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,04 persen. Sebagaimana terlampir. No. 09/02/31/Th.XVIII, 05 Februari 2016.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan IV-2015 sebesar 106,64 yang artinya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan IV-2015secara umum dikatakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme tersebut lebih rendah dibandingkan Triwulan III-2015 (nilai indeks 111,88). Sebagaimana terlampir. No. 10/02/31/Th.XVIII, 05 Februari 2016.
3.3. Data-data Dokumentasi yang terkait dengan variabel yang diteliti (existing Variable)
Pertumbuhan sebuah kota selalu diikuti oleh beban yang harus diterima kota tersebut. Salah satu beban adalah sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan secara kolektif, setiap tahunnya selalu meningkat terus akibat pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Sebagai dampak pertumbuhan PDRB, maka gaya hidup masyarakat akan semakin konsumtif, yang pada akhirnya mengakibatkan volume sampah akan semakin meningkat terus, dan memberikan dampak negatif sangat besar jika tidak dibarengi dengan pengangkutan sampah secara serius. Sampah tersebut dapat berupa sampah organik maupun sampah anorganik, yang dapat menimbulkan pencemaran udara, air, maupun tanah secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan.
Biaya pengelolaan sampah Kota Jakarta Timur dari tahun ke tahun selalu meningkat. Untuk menyapu sampah per meter persegi, anggaran yang dihabiskan sebesar Rp 2.777. Penyapuan ini untuk lokasi publik dan juga di kawasan pemukiman. Sementara untuk pengangkutan dari penampungan sementara menuju tempat penampuangan terakhir, mengeluarkan anggaran dengan dua tipe. Pengangkutan dengan kendaraan tipe kecil Rp 22.393 per ton dan angkutan besar Rp 167.343 per ton. Jadi truk kecil riil bermuatan 1,5 ton, Truk besar ukuran 6 ton hingga di Bantar Gebang, Pemprov DKI Jakarta juga harus membayar Rp 123.000 per ton. Maka setiap tahun jumlah biaya mengangkut sampah DKI ke TPA Bantargebang, total anggaran yang harus dikeluarkan mencapai Rp 290.343 per ton (belum ditambah biaya penyapuan Rp.2.777 per meter).
Pihak perusahaan pemenang lelang operator pengolahan sampah. Kontrak yang terjadi antara Pemprov DKI bersama pihak perusahaan selama 15 tahun. Selama kontrak berjalan, tiping fee sampah yang harus ditanggung Pemprov DKI kepada perusahaan selalu bertambah. Awalnya dibayarkan sebesar Rp 114.000 per ton. Tahun ini, tiping fee naik sebesar Rp 123.000 per ton. 2014.
Tahun ini, Pemprov DKI Jakarta membayar Rp 123.000 per ton sampah ke perusahaan. Sementara jumlah sampah DKI sekitar 6.000 ton sehari. Maka akan ada puluhan miliar rupiah mengalir ke perusahaan setiap bulannya.
Biaya tiping fee itu di luar biaya angkut yang harus dibayarkan Pemprov DKI melalui Dinas Kebersihan kepada perusahaan. Untuk pengangkutan sampah dengan kendaraan tipe kecil Rp 22.393 per ton dan dengan tipe angkutan besar Rp 167.343 per ton. 
Hal itu pula, menurut pemerintah, yang menyebabkan Pemprov DKI tidak pernah mampu membeli truk sampah. Sebab, anggarannya habis untuk pembayaran tiping fee sebesar Rp 287,8 miliar per tahun dan biaya pengangkutan sampah yang cukup besar.
Alternatif yang ada ialah, Pemprov DKI lebih baik melakukan operasional sendiri tempat pembuangan sampah akhir daripada harus mengeluarkan anggaran hingga Rp 400 miliar lebih per tahun. 
Pemprov DKI Jakarta mengakui kekurangan persediaan truk sampah. Apalagi, banyak sampah menumpuk pasca-banjir. Selain itu, usulan pengadaan 200 truk sampah tidak dimasukkan ke RAPBD 2014. Padahal warga sering mengeluhkan sampah-sampah yang menumpuk karena terlambat diangkut.


EFISIENSI BEBAN BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA TIMUR
(Nopember 2015. Herman Herbandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar