KONDISI PEREKONOMIAN JAKARTA TIMUR
Perekonomian Jakarta triwulan II-2015
yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku mencapai 488,48 triliun rupiah, sementara menurut harga konstan
mencapai 359,62 triliun rupiah.
Ekonomi Jakarta pada triwulan
II-2015 tumbuh 5,15 persen bila dibandingkan dengan triwulan II-2014 (y on y).
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi
dan komunikasi sebesar 9,95 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,02 persen.
Ekonomi Jakarta triwulan II-2015
tumbuh lebih cepat 2,46 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qto-q).
Dari sisi lapangan usaha pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa
pendidikan (6,31 persen), dan dari sisi komponen pengeluaran pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh pengeluaran konsumsi pemerintah (51,27 persen).
Secara kumulatif, pada semester
I-2015 perekonomian Jakarta tumbuh 5,11 persen bila dibandingkan dengan
semester I-2014.
Struktur perekonomian Jakarta triwulan
II-2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,80 persen, industri
pengolahan sebesar 13,90 persen dan konstruksi 13,22 persen, dan dari sisi
pengeluaraan didominasi oleh konsumsi rumah tangga (58,35 persen) dan PMTB
(40,91 persen).
Pertumbuhan ekonomi Jakarta
triwulan II tahun 2015 tumbuh 5,15% lebih cepat 0,07% dibandingkan triwulan I
tahun 2015. Data pertumbuhan tersebut penulis catat dari berita resmi statistik
BPS Provinsi DKI Jakarta sebagaimana
terlampir. No. 37/08/31/Th.XVIII, 5 Agusatus 2016.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan
sedang triwulan II-2015 di DKI Jakarta naik sebesar 10,29 persen (y-on-y) terhadap
triwulan II-2014. Kenaikan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan
sedang di DKI Jakarta lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan produksi
secara nasional yang sebesar 5,44 persen.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan
sedang triwulan II-2015 di DKI Jakarta naik sebesar 2,86 persen (q-to-q) terhadap
triwulan I-2015. Pertumbuhan produksi industri manufaktur Besar dan Sedang di
tingkat nasional juga naik sebesar 2,34 persen (q-to-q) terhadap
triwulan I-2015.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan
kecil triwulan II-2015 DKI Jakarta naik sebesar 10,68 persen (y-on-y)
terhadap triwulan II-2014. Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan
kecil triwulan II-2015 di tingkat Nasional juga naik sebesar 4,57 persen (y-on-y)
terhadap triwulan II-2014 Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan
kecil triwulan II-2015 naik sebesar 8,36 persen (qto-q) terhadap
triwulan I tahun 2015. Pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil
triwulan II-2015 di tingkat Nasional juga naik sebesar 5,09 persen (q-to-q)
terhadap triwulan I-2015.
Pertumbuhan
produksi industri manufaktur triwulan IV tahun 2015, Peretumbuhan produksi IBS
naik 12,77% dan IMK naik 12,83% pada triwulan IV-2015 terhadap triwulan
IV-2014. Data
pertumbuhan tersebut penulis catat dari berita resmi statistik BPS Provinsi DKI
Jakarta sebagaimana terlampir. No.
08/02/31/Th.XVIII, 01 Februari 2016.
Perkembangan
laju pertumbuhan ekonomi Jakarta Timur selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 selalu mengalami pertumbuhan positif. Untuk tahun 2014
pertumbuhan ekonomi di Jakarta Timur sebesar 5,98 persen, atau melambat jika
dibandingkan tahun 2013 yang tumbuh sebesar 6,08 persen sebagaimana terlampir. No. 01/10/3172/Th.VII, 01 Oktober
2016.
Ekonomi
Jakarta tahun 2015 tumbuh 5,88 persen, melambat dibanding tahun 2014
sebesar5,91 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
lapangan usaha jasakeuangan sebesar 10,72 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar
5,04 persen. Sebagaimana terlampir. No. 09/02/31/Th.XVIII, 05
Februari 2016.
Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan IV-2015 sebesar 106,64
yang artinya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan IV-2015secara umum
dikatakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme
tersebut lebih rendah dibandingkan Triwulan III-2015 (nilai indeks 111,88).
Sebagaimana terlampir.
No. 10/02/31/Th.XVIII, 05 Februari 2016.
3.3. Data-data Dokumentasi yang
terkait dengan variabel yang diteliti (existing Variable)
Pertumbuhan sebuah kota selalu diikuti oleh beban
yang harus diterima kota tersebut. Salah satu beban adalah sampah yang
ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan secara kolektif, setiap tahunnya selalu
meningkat terus akibat pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Sebagai dampak
pertumbuhan PDRB, maka gaya hidup masyarakat akan semakin konsumtif, yang pada
akhirnya mengakibatkan volume sampah akan semakin meningkat terus, dan
memberikan dampak negatif sangat besar jika tidak dibarengi dengan pengangkutan
sampah secara serius. Sampah tersebut dapat berupa sampah organik maupun sampah
anorganik, yang dapat menimbulkan pencemaran udara, air, maupun tanah secara
langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan.
Biaya pengelolaan sampah Kota Jakarta Timur dari
tahun ke tahun selalu meningkat. Untuk menyapu
sampah per meter persegi, anggaran yang dihabiskan sebesar Rp 2.777. Penyapuan
ini untuk lokasi publik dan juga di kawasan pemukiman. Sementara untuk pengangkutan
dari penampungan sementara menuju tempat penampuangan terakhir, mengeluarkan
anggaran dengan dua tipe. Pengangkutan dengan kendaraan tipe kecil Rp 22.393
per ton dan angkutan besar Rp 167.343 per ton. Jadi truk kecil riil bermuatan 1,5 ton, Truk besar
ukuran 6 ton hingga di Bantar Gebang, Pemprov DKI Jakarta juga harus
membayar Rp 123.000 per ton. Maka setiap
tahun jumlah biaya mengangkut sampah DKI ke TPA Bantargebang, total anggaran
yang harus dikeluarkan mencapai Rp 290.343 per ton (belum ditambah biaya
penyapuan Rp.2.777 per meter).
Pihak perusahaan pemenang lelang
operator pengolahan sampah. Kontrak yang terjadi antara Pemprov DKI bersama
pihak perusahaan selama 15 tahun. Selama kontrak berjalan, tiping fee sampah
yang harus ditanggung Pemprov DKI kepada perusahaan selalu bertambah. Awalnya
dibayarkan sebesar Rp 114.000 per ton. Tahun ini, tiping fee naik sebesar Rp 123.000 per ton. 2014.
Tahun ini, Pemprov DKI Jakarta
membayar Rp 123.000 per ton sampah ke perusahaan. Sementara jumlah sampah DKI sekitar
6.000 ton sehari. Maka akan ada puluhan miliar rupiah mengalir ke perusahaan
setiap bulannya.
Biaya tiping fee itu di luar biaya angkut yang harus
dibayarkan Pemprov DKI melalui Dinas Kebersihan kepada perusahaan. Untuk
pengangkutan sampah dengan kendaraan tipe kecil Rp 22.393 per ton dan dengan
tipe angkutan besar Rp 167.343 per ton.
Hal
itu pula, menurut pemerintah, yang menyebabkan Pemprov DKI tidak pernah mampu
membeli truk sampah. Sebab, anggarannya habis untuk pembayaran tiping fee sebesar Rp 287,8 miliar per tahun dan
biaya pengangkutan sampah yang cukup besar.
Alternatif yang ada ialah, Pemprov
DKI lebih baik melakukan operasional sendiri tempat pembuangan sampah akhir
daripada harus mengeluarkan anggaran hingga Rp 400 miliar lebih per tahun.
Pemprov DKI Jakarta mengakui
kekurangan persediaan truk sampah. Apalagi, banyak sampah menumpuk
pasca-banjir. Selain itu, usulan pengadaan 200 truk sampah tidak dimasukkan ke
RAPBD 2014. Padahal warga sering mengeluhkan sampah-sampah yang menumpuk karena
terlambat diangkut.
EFISIENSI BEBAN
BIAYA ATAS TIMBULAN SAMPAH DAN ESTIMASI KEBUTUHAN KENDARAAN SAMPAH JAKARTA
TIMUR
(Nopember
2015. Herman Herbandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar